Kebijakan Moneter : Tujuan, Instrumen, Jenis dan Indikator

Kebijakan moneter mungkin bukan hal yang asing bagi sebagian masyarakat. Istilah ini kerap kali didengar di berbagai kesempatan. Mungkin Anda juga pernah mendengarnya ketika memerhatikan berita ekonomi di televisi. Namun, sudahkah Anda mengetahui apa itu kebijakan moneter? Kebijakan ini pada dasarnya dikeluarkan oleh Bank Sentra untuk mengelola perputaran dana di suatu negara.

Adanya kebijakan ekonomi yang dibuat pemerintah ini tentu memiliki tujuan tertentu. Misalnya untuk meningkatkan lapangan pekerjaan, stabilisasi mata uang rupiah, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya, yuk simak ulasan seputar tujuan, instrumen, jenis, dan indikator kebijakan moneter berikut ini.

Tujuan Kebijakan Moneter

Tujuan pokok pemerintah mengeluarkan kebijakan moneter adalah guna mencapai kestabilan ekonomi makro yang lebih baik. Misalnya untuk mewujudkan pemerataan ekonomi hingga ke pelosok. Selain itu, digunakan pula untuk mengurangi angka pengangguran serta menjaga stabilitas harga barang di pasaran.

Adanya kebijakan ini dapat meningkatkan sejumlah neraca pembayaran sehingga tercapai stabilitas ekonomi. Bahkan kestabilan harga di pasaran pun perlu dikendalikan agar tujuan ekonomi di suatu negara dapat tercapai.

Untuk lebih jelasnya, simak beberapa tujuan dari kebijakan moneter berikut ini :

1. Mengedarkan Mata Uang

Sebagai alat tukar, rupiah perlu diedarkan secara merata dalam berbagai kegiatan ekonomi di tanah air. Oleh karena itu, dibuatlah kebijakan moneter yang sesuai agar jumlah uang rupiah semakin menyebar.

2. Stabilitas Ekonomi

Adanya kebijakan ini ditujukan agar stabilitas antara perekonomian dan tingkat harga bisa terjaga. Jika salah satunya jomplang, bisa mempengaruhi ekonomi nasional secara luas.

3. Distribusi Likuiditas

Optimalisasi distribusi harta likuid perlu ditingkatkan agar kegiatan ekonomi lebih meningkat. Tidak hanya di satu sektor, melainkan di berbagai sektor kehidupan ekonomi di suatu negara.

4. Pengendalian Arus Barang

Kebijakan ini dapat digunakan untuk mengontrol stabilitas ekonomi dengan mengendalikan arus barang. Selain itu, jenis jasa yang dilakukan pun akan ikut terpengaruh.

5. Stabilitas Harga

Beberapa jenis kebijakan ini juga sebagai upaya pemerintah untuk menjaga stabilitas harga pasar. Dengan demikian, tingkat inflasi pun bisa lebih mudah dikendalikan.

6. Meningkatkan Lapangan Kerja

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya guna memberdayakan tenaga kerja di tanah air. Oleh karena itu adanya kebijakan ini juga untuk meningkatkan kesempatan kerja yang lebih luas.  Caranya adalah dengan meningkatkan jumlah investor yang berhubungan dengan kebijakan moneter yang dibuat.

7. Stabilitas Neraca Perdagangan

Adanya kebijakan ini bisa menjaga sejumlah neraca perdagangan yang dilakukan masyarakat di suatu negara. Caranya dengan meningkatkan ekspor barang lokal sedangkan impor barang dikurangi.

Instrumen Kebijakan Moneter

Bank sentral tidak bisa lepas dari sejumlah instrumen keuangan saat melaksanakan kebijakan moneter. Berikut beberapa instrumen ekonomi yang berpengaruh terhadap kebijakan ini.

1. Instrumen Langsung

Jenis instrumen keuangan yang pertama adalah yang bersifat langsung, yaitu sebagai berikut :

· Tingkat Suku Bunga

Bank sentral akan menetapkan tingkat suku bunga baik yang berjenis simpanan maupun pinjaman. Hal ini juga dilakukan oleh Bank Indonesia untuk mencapai tujuan ekonomi nasional.

· Pagu Kredit

Pagu kredit merupakan limit maksimal kredit yang bisa dibebankan oleh pihak perbankan.

· Rasio Likuiditas

Instrumen ini merupakan kewajiban bank umum saat menjaga sejumlah mata uang tertentu untuk menghimpun dana. Biasanya dalam bentuk persenan untuk membiayai anggaran pemerintah.

· Kredit Langsung

Kredit langsung merupakan salah satu kewajiban bank umum yang harus dijalankan. Hal ini akan membuka kesempatan kredit di berbagai sektor.

2. Instrumen Tidak Langsung

Selain instrumen langsung, kebijakan moneter juga membutuhkan instrumen tidak langsung. Berikut beberapa diantaranya :

· Operasi Pasar Terbuka (OPT)

Kegiatan ini merupakan jual beli surat berharga yang dilakukan bank sentral dengan valuta asing. OPT cukup berpengaruh terhadap beberapa instrumen langsung, misalnya tingkat suku bunga, nilai tukar, dan likuiditas rupiah.

· Discount Requirement

Instrumen ini merupakan salah satu kewajiban bank sentral agar menyediakan cadangan wajib berupa sejumlah dana dari pihak ketiga. Hal ini dilakukan agar bank sentral mampu mempengaruhi penyaluran kredit dari bank umum.

Jenis-Jenis Kebijakan Moneter

Berikut adalah jenis-jenis kebijakan moneter yang dapat Anda ketahui dibawah ini.

1. Kebijakan Moneter Kontraktif

Kebijakan ini dilakukan untuk menurunkan tingkat inflasi. Artinya, jumlah uang yang beredar di pasaran perlu dikurangi. Saat negara mengalami inflasi tak terkendali, kebijakan ini menjadi salah satu solusi jitu yang bisa dilakukan. Berikut beberapa contoh kebijakan moneter kontraktif.

· Meningkatkan Suku Bunga (Fasilitas Diskonto)

Fasilitas diskonto merupakan tindakan memainkan tingkat bunga bank sentral dan bank umum untuk mengatur jumlah uang yang beredar. Bukan rahasia lagi jika bank umum terkadang kekurangan dana sehingga harus meminjam ke bank sentral. Pemerintah akan meningkatkan suku bunga bank sentral agar uang yang beredar bisa berkurang.

·  Meningkatkan Rasio Cadangan Wajib

Kebijakan ini dilakukan dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pemerintah. Rasio cadangan wajib dinaikkan pemerintah ketika hendak menurunkan jumlah uang yang beredar.

· Himbauan Moral (Moral Persuasion)

Himbauan moral merupakan kebijakan moneter kontraktif dengan memberikan himbauan kepada kepada para pelaku kegiatan ekonomi. Misalnya himbauan agar perbankan pemberi kredit agar lebih ketat mengeluarkan kebijakan kredit pada debitur. Dengan demikian, jumlah uang yang beredar dapat dikendalikan.

2. Kebijakan Moneter Ekspansif

Kebijakan ini dilakukan untuk meningkatkan jumlah uang yang beredar (kebalikan dari inflasi). Pada dasarnya, tujuan utama pemerintah melakukan kebijakan adalah guna mengatasi jumlah pengangguran. Selain itu, daya beli masyarakat pun perlu ditingkatkan agar tidak terjadi resesi keuangan. Kebijakan yang bersifat ekspansif ini umumnya lebih longgar dibanding kebijakan kontraktif.

Contoh-contoh kebijakan moneter ekspansif adalah kebalikan dari kontraktif. Beberapa diantaranya adalah membeli surat berharga Bank Indonesia, menurunkan tingkat suku bunga, menurunkan reserve requirement ratio, syarat kredit dilonggarkan, dan himbauan moral.

Indikator Kebijakan Moneter

Terdapat beberapa indikator yang mempengaruhi tingkat keberhasilan kebijakan moneter yang dikeluarkan pemerintah, yaitu sebagai berikut :

1. Target Inflasi

Menentukan sejumlah target inflasi perlu dilakukan, terutama untuk jangka waktu yang menengah. Diperlukan komitmen untuk mencapai stabilitas harga barang dipasaran. Kelebihan menggunakan indikator ini adalah agar negara mampu menetapkan target pencapaian ekonomi yang cukup jelas.

2. Penargetan Nilai Tukar Rupiah

Indikator ini memiliki tujuan untuk menyesuaikan nilai mata uang rupiah dengan mata uang asing dari berbagai negara. Namun, negara yang ditargetkan adalah yang memiliki laju inflasi lebih rendah dalam kegiatan ekonominya.

3. Uang yang Beredar

Indikator uang yang beredar ditetapkan dari pertumbuhan dana yang berasal dari masyarakat. Dana tersebut digunakan sebagai salah satu sasaran di tingkat menengah. Dengan demikian, bank sentral dapat fokus mengendalikan laju inflasi yang berpotensi terjadi di masa mendatang.

Informasi mengenai kebijakan moneter di atas merupakan dasar pemahaman agar kegiatan ekonomi makro di Indonesia dapat berkembang. Kebijakan ini dibuat pemerintah dengan banyak pertimbangan serta dampaknya bagi kegiatan ekonomi secara nasional. Semoga informasi di atas bermanfaat dan membuka wawasan yang lebih luas di bidang ekonomi.

Leave a Comment