Bhinneka Tunggal Ika telah menjadi semboyan bangsa Indonesia yang tertulis pada lambang burung garuda. Istilah tersebut memiliki makna dasar berbeda-beda tetap satu jua. Negara Indonesia terdiri dari gugusan pulau dengan keberagaman suku, ras, budaya, adat istiadat, agama, dan bahasa. Meski menjadi masyarakat multikultur, bangsa Indonesia tetap mengedepankan rasa kesatuan dan persatuan.
Sejarah Bhinneka Tunggal Ika
1. Awal Mula Sejarah Bhineka Tunggal Ika Dikenal
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika mulai dikenal pada masa kejayaan Majapahit di era kepemimpinan Wisnuwardhana. Istilah ini dirumuskan pada kitab berbahasa sansekerta, yaitu kitab Sutasoma. Perumusan tersebut dilakukan oleh Empu Tantular dan merupakan pernyataan kreatif. Artinya, semboyan tersebut menjadi salah satu upaya menanggapi keanekaragaman kepercayaan dan agama.
Rumusan ini masih berkaitan dengan kondisi Majapahit yang memulai kegiatan bina negara hingga akhirnya menjadi semboyan bangsa Indonesia. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika memberikan kesan inspiratif yang mendalam ketika bangsa ini memperjuangkan kemerdekaannya. Rasa semangat semakin bergelora ketika semangat persatuan dan kesatuan NKRI digaungkan.
2. Sebagai Semboyan dan Kaitannya dengan Lambang Negara
Istilah ini pada dasarnya merupakan penekanan agar lebih bertoleransi terhadap perbedaan yang ada di kalangan Majapahit. Sebagai semboyan NKRI, Bhinneka Tunggal Ika mengandung konsep yang berkaitan dengan keberagaman kepercayaan. Hal ini menjadi fokus utamanya semenjak dirumuskan pada kitab Sutasoma. Seiring berjalannya waktu, semboyan ini diperluas menjadi cara mengatasi perbedaan budaya, bangsa, suku, pulau, dan lain-lain.
Membahas tentang lambang negara, Bhinneka Tunggal Ika memang tidak bisa dipisahkan dari Garuda Pancasila. Istilah tersebut tercantum secara resmi dan diakui sebagai bagian penting dari perkembangan Republik Indonesia. Hal ini tertuang pada Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 1951 setelah diresmikannya Garuda Pancasila sebagai lambang negara.
Upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia semenjak era Majapahit adalah dengan berusaha menyatukan pandangan. Pandangan tersebut berkaitan dengan rasa kebersamaan, persatuan, dan kesatuan sebagai prinsip dasar menyelenggarakan negara. Sedangkan semboyan yang dijadikan motto Perhatian Nasional ialah “Tan hana dharma mangrwa” yang berarti “Tidak ada kebenaran yang bermuka dua”.
Makna semboyan tersebut merupakan upaya agar manusia selalu berpegang teguh berdasarkan kebenaran yang satu. Pada awalnya, semboyan Indonesia adalah “Bhinneka Tunggal Ika Tan Darma Mangrwa” yang bermakna ungkapan kebenaran berbagai aliran kepercayaan di kerajaan Majapahit.
Pembentuk Bhinneka Tunggal Ika sebagai Jati Diri Bangsa
Pasca diproklamirkannya kemerdekaan, istilah Bhinneka Tunggal Ika telah dipilih para tokoh pendiri bangsa untuk dijadikan semboyan yang terletak pada lambang negara. Pembentuk kalimat yang berasal dari kitab Sutasoma tersebut terdapat pada frasa “Bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa” (pupuh 39:5).
Penggalan tersebut berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Sejak saat itulah kalimat tersebut menjadi jati diri bangsa Indonesia hingga saat ini. Artinya, sejak dahulu bangsa Indonesia telah memiliki kesadaran tentang pentingnya saling menghormati di tengah keberagaman. Justru perbedaanlah yang menjadikan jiwa semangat dan meningkatkan rasa kebersamaan di bumi nusantara.
Fungsi Bhinneka Tunggal Ika
Bangsa Indonesia merupakan masyarakat multikultural di mana terdapat berbagai keragaman di dalamnya. Sejak zaman perjuangan kemerdekaan, para tokoh pahlawan telah memperjuangkan pentingnya rasa kebersamaan di tengah perbedaan. Tak heran, bangsa Indonesia bisa seperti saat ini tidak bisa lepas dari jasa para pahlawan.
Pada dasarnya, seluruh tumpah darah Indonesia merupakan gabungan dan perpaduan berbagai macam suku di tanah air. Mereka turut serta dalam perjuangan merebut kemerdekaan dari penjajah. Bahkan mereka memiliki perannya masing-masing demi mempertahankan kedaulatan yang seharusnya dijunjung tinggi.
Kemajemukan di negeri ini tentunya disadari oleh para pahlawan mengenai realitas keberagaman yang tidak bisa dihindari. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika menjadi perantara agar bangsa Indonesia membentuk jati diri yang besar dan bermartabat di mata dunia. Konsep ini kayak dijadikan landasan utama untuk mewujudkan rasa persatuan dan kesatuan.
Nilai yang dikandung di dalamnya perlu diteruskan dari generasi ke generasi. Hal ini karena kemerdekaan negara Indonesia yang diraih dengan susah payah oleh pejuang kemerdekaan. Oleh sebab itu, para penerus sudah seharusnya menerapkan konsep semboyan negara ini dalam kehidupan sehari-hari.
Prinsip Bhinneka Tunggal Ika
1. Common Denominator
Negara Indonesia mengakui 5 agama resmi yang hidup berdampingan. Perbedaan tersebut tak lantas menjadi hal yang perlu dicela. Sesuai dengan prinsip semboyan negara, persamaan dalam perbedaan harus diutamakan. Hal tersebut dikenal sebagai common denominator. Pada dasarnya, bangsa Indonesia mampu hidup berdampingan dalam keanekaragaman.
Meski terdapat perbedaan, rasa kebersamaan dan kedamaian tetap dinomorsatukan. Tidak hanya itu, berbagai aspek lain pun perlu dipertimbangkan demi tercapainya persatuan NKRI.
2. Tidak Ada Eksklusivitas
Prinsip ini memiliki makna bahwa seluruh warga negara Indonesia tidak sepatutnya menganggap dirinya golongan paling diakui, paling benar, dan paling hebat. Pandangan merasa eksklusif perlu dihapuskan karena akan memicu konflik antar golongan. Tak jarang akan timbul pula rasa kecurigaan, kecemburuan, dan sikap berlebihan.
3. Tidak Bersifat Kaku
Artinya, semboyan negara tidak bersifat semu atau hanya formalitas saja. Istilah yang dipercayai bangsa Indonesia ini justru menonjolkan sifat yang universal atau menyeluruh. Sifat ini dilandasi dengan rasa saling menghormati, menyayangi, hidup rukun, dan saling percaya. Dengan demikian, keanekaragaman dapat dipersatukan dalam bingkai perdamaian.
4. Bersifat Konvergen
Sifat konvergen diartikan sebagai upaya negara mencari titik temu terhadap masalah mengenai keragaman. Dengan demikian, negara tidak membesar-besarkan atau memicu permasalahan menjadi semakin panas. Hal tersebut dapat dicapai dengan mengedepankan rasa toleransi, saling menghormati, kerukunan, dan sifat inklusif.
Implementasi Bhinneka Tunggal Ika
1. Sifat Inklusif
Sifat ini merupakan kebalikan dari eksklusif. Seseorang perlu merasa dirinya sama dengan yang lain agar tidak memiliki sifat sombong atau merasa lebih. Hal ini perlu diterapkan pula dalam suatu kelompok agar tidak merasa lebih hebat sedangkan kelompok yang lain dianggap rendah. Setiap kelompok pada dasarnya memiliki perannya masing-masing dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Menyadari Pluralistik
Sudah bukan rahasia lagi bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang sangat plural. Bahkan hal ini disegani oleh bangsa lain karena kemampuan warga Indonesia menghadapi keberagaman. Ras, suku, bahasa, budaya, dan kepercayaan di Indonesia jumlahnya banyak. Hal ini perlu dibarengi dengan sikap saling toleran, menghormati, kasih sayang, dan rasa persatuan.
3. Musyawarah untuk Mufakat
Salah satu kunci kerukunan hidup masyarakat Indonesia adalah pentingnya mencapai mufakat dalam kegiatan musyawarah. Bangsa ini memiliki kebiasaan mencari solusi dengan mengutamakan kepentingan bersama agar tercipta kesepakatan yang adil.
4. Mengedepankan Kebersamaan dan Rela Berkorban
Rasa kebersamaan dijunjung tinggi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, sifat ini perlu dilestarikan mengingat keberagaman yang ada di seluruh nusantara. Selain itu, rasa rela berkorban pun perlu diterapkan sehari-hari demi menciptakan suasana yang damai dan kondusif.
Memahami secara mendalam semboyan bangsa Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika memang penting dilakukan. Mengingat istilah ini begitu melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, sudah menjadi bukti bahwa bangsa kita menghargai perjuangan kemerdekaan yang diraih.