Pakaian adat riau – Provinsi Riau merupakan provinsi yang berbatasan langsung dengan Kepulauan Riau dan Selat Malaka di sebelah utara. Pada sebelah timur, Riau berbatasan dengan laut Cina Selatan. Sebelah selatan, provinsi ini berbatasan dengan Jambi dan Selat Berhala dan bagian barat berbatasan dengan Sumatera Barat dan Sumatera Utara.
Provinsi ini memiliki pengaruh Islam dan Melayu yang kuat. Hal tersebut dapat dilihat dari pakaian adat Riau yang mencerminkan akulturasi budaya tersebut. Kamu mungkin akan merasa bahwa baju ini cukup mirip dengan baju-baju adat dari Sumatera Barat atau Malaysia. Hal itu karena tempat-tempat tersebut sama-sama memiliki pengaruh Melayu yang kuat.
Pakaian Adat Riau
Pakaian adat Riau memiliki kemiripan dengan pakaian adat Melayu. Pakaian-pakaian ini memiliki ciri tertentu sesuai dengan kegunaannya. Pakaian adat ini dapat dibagi menjadi beberapa kategori seperti pakaian sehari-hari, pakaian resmi, pakaian upacara pernikahan, dan pakaian upacara adat.
1. Pakaian Sehari-hari
Pakaian sehari-hari tentunya memiliki bentuk yang berbeda dari pakaian lainnya. Pakaian sehari-hari dibuat lebih sederhana supaya lebih nyaman dikenakan dan tidak menghambat kegiatan sehari-hari. Baju untuk anak-anak juga memiliki desain yang berbeda dengan baju yang dikenakan oleh orang dewasa.
Baju yang dipakai oleh anak laki-laki disebut dengan baju monyet. Baju monyet dikenakan dengan celana panjang dan kopiah atau penutup kepala lainnya. Sedangkan baju anak-anak perempuan disebut baju kurung. Baju ini memiliki warna yang cerah dan bermotif bunga. Baju ini lebih sering digunakan ketika pergi mengaji.
Apabila anak-anak beranjak dewasa, maka baju yang digunakan akan berbeda. Laki-laki yang sudah dewasa akan mengenakan baju yang disebut Baju Kurung Cekak Musang. Baju Kurung Cekak Musang yang dikenakan laki-laki, biasanya akan dikombinasikan dengan sarung dan kopiah atau penutup kepala lainnya.
Sedangkan baju yang paling sering dikenakan oleh wanita adalah Baju Kebaya Pendek. Selain itu, wanita yang sudah dewasa juga dapat mengenakan Baju Kurung Laboh, dan Baju Kurung Tulang Belut. Baju perempuan akan dipakai dengan selendang yang digunakan sebagai penutup kepala.
Baju Kurung Cekak Musang dan Baju Kurung Teluk Belanga dapat digunakan apabila laki-laki sudah berumur. Baju-baju tersebut dibuat dengan menggunakan bahan katun. Baju Kebaya Pendek juga masih dapat digunakan apabila seorang perempuan sudah berumur. Baju untuk seorang wanita yang sudah tua selain Kebaya Pendek adalah Baju Kurung Teluk Belanga dan Kebaya Laboh. Baju-baju tersebut akan digunakan dengan kerudung dari selendang sebagai pelengkap.
2. Pakaian Resmi
Pakaian resmi ini dapat digunakan di acara-acara pemerintah. Baju yang dikenakan oleh laki-laki adalah Baju Kurung Cekak Musang yang dibuat menggunakan material berkualitas seperti kain sutra atau satin. Pemakaian Baju Kurung Cekak Musang biasanya akan dikombinasikan dengan kopiah sebagai penutup kepala, celana panjang, dan kain sarung tenun dengan panjang tidak melebihi lutut.
Pakaian adat Riau yang digunakan oleh perempuan saat menghadiri acara resmi adalah Kebaya Laboh. Berbeda dengan Baju Kurung Cekak Musang, baju ini menggunakan material kain tenun khas Riau. Kebaya Laboh memiliki panjang yang berbeda tergantung pemakainya. Apabila kebaya laboh digunakan oleh seorang gadis, maka panjangnya tidak melebihi lutut tepatnya 3 jari diatas lutut. Sedangkan apabila penggunanya adalah seorang wanita berumur, maka panjangnya melebihi lutut sebanyak 3 jari.
3. Pakaian Upacara Pernikahan
Untuk upacara pernikahan, pengantin laki-laki akan mengenakan Baju Kurung Cekak Musang. Baju ini akan dikombinasikan dengan menggunakan kopiah, celana panjang warna senada, dan sarung pendek. Sarung yang digunakan juga memiliki motif tertentu tergantung dari warna baju yang dikenakan.
Selain baju ini, sang pengantin pria juga mengenakan beberapa aksesoris yaitu sebai berwarna kuning di bahu kiri, rantai panjang di leher, canggai di jari kelingking, dan senjata tradisional yaitu keris di pinggang kiri.
Jika pengantin laki-laki hanya mengenakan satu jenis baju, lain halnya dengan pengantin perempuan. Mempelai wanita akan menggunakan baju yang disesuaikan dengan upacara yang sedang berlangsung. Baju Kurung Teluk Belanga akan digunakan pada saat upacara malam berinai. Baju Kurung Kebaya Pendek digunakan saat upacara berandam. Baju Kurung Teluk Belanga dipakai saat akad dan Kebaya Laboh dipakai saat upacara bersanding.
4. Pakaian Upacara Adat
Saat menghadiri upacara adat, laki-laki akan mengenakan Baju Kurung Cekak Musang. Baju yang dikenakan perempuan ada 2 jenis tergantung dari pemakainya. Apabila dipakai oleh seorang gadis, maka baju yang dipilih adalah Baju Kurung Tulang Belut. Sedangkan apabila dipakai oleh seorang wanita berumur, maka baju yang dipilh adalah Kebaya Laboh Cekak Musang.
Warna baju kebaya yang dikenakan juga harus disesuaikan dengan acara adat yang sedang berlangsung. Pada saat penobatan raja, menteri, datuk, atau pejabat lain, maka baju yang digunakan harus berwarna hitam. Sedangkan apabila upacara yang berlangsung adalah penerimaan tamu kehormatan atau penerimaan gelar tertentu, maka warna yang dipilih adalah kuning.
Baju adat Riau yang dikenakan oleh laki-laki yaitu baju Kurung Cekak Musang dan Baju Kurung Teluk Belanga. Kalau dilihat keseluruhan, memang tidak terdapat perbedaan besar dari kedua baju tersebut. Tetapi, dari kerah yang digunakan, Baju Kurung Cekak Musang memiliki kerah tegak dengan 3 kancing sedangkan Baju Kurung Teluk Belanga tidak memiliki kerah dan memiliki 1 kancing.
Baju yang dikenakan oleh wanita terdiri dari Kebaya Pendek, Baju Kurung Tulang Belut, Baju Kurung Cekak Musang, dan Baju Kebaya Laboh. Kebaya Pendek terlihat seperti kebaya di Indonesia pada umumnya. Lain halnya dengan Baju Kurung Tulang Belut dan Kebaya Laboh yang terlihat mirip satu sama lain. Perbedaan yang mendasar ada pada jumlah kancing dimana kebaya laboh memiliki 3 kancing atau lebih sedangkan Baju Kurung Tulang Belut hanya memiliki 1 kancing dan tidak berkerah.
Keunikan Pakaian Adat Riau
Di balik pemilihan warna dan model pakaian, ternyata terdapat makna yang berasal dari norma dan nilai yang dipegang oleh masyarakat Riau. Jika kamu lihat, warna-warna yang dominan adalah emas, hijau, hitam, dan merah.
Warna emas melambangkan kemegahan dan kekuasaan. Pada jaman dahulu, penggunaan warna ini sangat jarang bagi rakyat biasa, hal itu karena warna ini berkaitan erat dengan kekuasaan dan ningrat. Warna hijau melambangkan kesuburan dan kepatuhan terhadap ajaran agama.
Warna hitam melambangkan kejujuran, rasa tanggung jawab, dan ketabahan. Jadi tidak heran kalau warna hitam digunakan untuk acara pelantikan pejabat atau acara kerajaan. Warna merah memiliki arti keberanian dan ketaatan kepada raja.
Keunikan lainnya ada pada Baju Teluk Belanga. Baju ini memiliki jumlah kancing yang ganjil antara 1, 3, atau 5. Kancing yang berjumlah 1 memiliki arti tauhid, kancing dengan jumlah 3 merepresentasikan Allah, Muhammad, dan Adam. Sedangkan kancing berjumlah 5 memiliki arti rukun Islam. Baju Teluk Belanga juga dibuat tidak boleh melebihi mata kaki yang sesuai dengan anjuran agama Islam yang tidak memperbolehkan penggunaan kain secara berlebihan.
Ternyata di balik setiap warna dan ornamen dalam pakaian adat Riau, menyimpan maknanya tersendiri. Makna dari setiap hal di pakaian adat terbentuk dari norma dan nilai yang berkembang di masyarakat Riau. Pengaruh kebudayaan lain juga memiliki peran dalam bentuk suatu pakaian adat termasuk pakaian adat dari Provinsi Riau ini.